Jumat, 18 November 2016
Senin, 31 Oktober 2016
ASKEP FRAKTUR FEMUR
KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadiran Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufik, hidayah dan
inayahnya kepada saya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasullah
SAW karena atas limpahan rahmatnya sebagai penyusun dapat menyelesaikan tugas ini
guna memenuhi tugas “ Fraktur Femur”
mata kuliah Teknologi Informasi Kesehatan Dalam Keperawatan.
Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu saya dalam mengerjakan tugas ini. Saya juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberikan konstibusi baik langsung
mau pun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Teknologi Informasi
Kesehatan Dalam Keperawatan. Dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran mengenai
” Penyakit FRAKTUR FEMUR”. Menjadi pembelajaran dalam menjadi mahasiswa, perawat
dan masyarakat.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi
kesempurnaannya makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Ponorogo,
11 Agustus 2016
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1. DEFINISI....................................................................................................... 1
2.2. ETIOLOGI.................................................................................................... 2
2.3.
PATOFISIOLOGI......................................................................................... 3
2.4. MANIFESTASI
KLINIS.................................................................................. 3
2.5. KOMPLIKASI................................................................................................. 4
2.6.
PEMERIKSAAN PENUJANG............................................................................ 5
2.7.
PENATALAKSANAAN.................................................................................... 6
2.8. KONSEP
ASKEP............................................................................................. 6
2.8.1
PENGKAJIAN.............................................................................................. 7
2.8.2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN........................................................................ 8
2.8.3.
INTERVENSI............................................................................................... 8
2.8.4.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN................................................................. 11
2.8.5. EVALUASI.................................................................................................. 12
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi Fraktur
Menurut (Rendy M.C Dan Margareth 2012) Fraktur
adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjai tersebut lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila
seluruh tulang patah, sedangkan ,fraktur, tidak lengkap melibatkan seluruh
ketebalan tulang.(Puspitasari,
2014)
Menurut (Smeltzer Dan Bare
2002) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas ulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat di absorbpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung,
gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ektrim.(Puspitasari,
2014)
Fraktur atau patah tulang
merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.Trauma yang menyebabkan tulang
patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.(Sjamsuhidajat,
2005)
Pada keadaan fraktur, jaringan sekitarnya juga
akan terpengaruh dimana akan terjadi edema jaringan lunak, perdarahan ke otot
dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh
darah (Brunner, 1997).
Menurut (Syaifuddin, 1997).Nyeri
pada fraktur bersifat kronis, nyeri kronis tidak dapat diprediksi sehingga
membuat pasien frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologi
(Purwandari, 2008). Pasiennyerifraktur
yangmengalamistres,
makatekanandarahnyaakanmeningkatdandenyutjantungbekerjasemakincepat,
sehinggadapatmenurunkansistemimun yang berdampaknegatifbagitubuh. (Fadlani
& Harahap, 2009)
2.2 Etiologi
Menurut
(Ariff Mutaqin 2008), Penyebab dari fraktur femur adalah sebagai berikut
Benturan dan cidera atau trauma (pada kecelakaan)
a)
Kelemahan
tulang akibat osteoporosis dalam (Pada orang tua), penderita kanker atau
infeksi yang disebut fraktur patologis.
b)
Fraktur stress atau fattigue fraktur akibat
peningkatan drastis latihan pada seorang atlit atau pada pemulaan aktivitas
fisik baru sehingga kekuataan otot meningkat secara lebih cepat dibandingkan
kekuatan tulang.(Fadlani
& Harahap, 2009)
Menurut Sachdeva (1996),
penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a.
Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1)
Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya.
2)
cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
3)
Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b.
Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang
akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur
dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
1. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan
jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.
2. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi
sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang
progresif, lambat dan sakit nyeri.
3. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang
disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet
lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat
disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau
fosfat yang rendah.
c. Secara
spontan :
disebabkanoleh stress tulang yang terusmenerusmisalnyapadapenyakit
polio dan orang yang bertugasdikemiliteran
2.3
Patofisiologi
Menurut
(Mutaqin 2012)Penyebab dari terjadinya fraktur antara lain karena adanya trauma
dan kelemahan abnormal pada tulang. Pada kondisi trauma, diperlukan gaya yang
besar untuk mematahkan batang femur individu dewasa. Kebanyakan fraktur ini
terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan bermotor atau jatuh dari
ketinggian. Biasanya klien ini mangalami trauma multiple yang menyertainya.
Kondisi degenerasi tulang (osteoporosis) atau keganasan tulang paha yang
menyebabkan fraktur patologis tanpa riwayat trauma, memadai untuk mematahkan tulang
femur. Kerusakan jaringan lunak di sekitar fraktur menimbulkan spasme otot
sehingga menyebabkan nyeri sangat hebat.(Puspitasari,
2014)
2.4
Manifestasi klinis
Menurut ( M.CLEVO RENDI DAN
MARGARET 2012 ) : Manifestasi klinis dari fraktur femur adalah sebagai berikut
a.
Nyeri, setelah terjadi patah tulang akan
mengakibatkan terjadinya spasme otot yang menambah rasa nyeri . nyeri dapat
timbul pada saat aktifitas dan hilang pada saat istirahat, atau terdapat nyeri
tekan pada daerah fraktur ( tendernes )
b.
Deformitas : perubahan bentuk tulang
c.
Mungkin tanpak jelas posisi tulang dan estermitas
yang tidak alami.
d.
Pembengkakan di sekitar fraktur akan menyebabkan
proses peradangan.
e.
Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian terdekat
f.
Dapat terjadi gangguan sensasi atau rasa sentuhan
seperti kesemutan, yang mengisarafkan kerusakan syaraf.
g.
Krepitasi suara pendek gemertrap akibat pergeseran
ujung-ujung patahan tulanng satu sama lain.(Puspitasari,
2014)
2.5
Komplikasi
Menurut ( M.CLEVO RENDI DAN
MARGARET 2012 ) : Komplikasi dari fraktur femur antara lain
a.
Sindrom kompartement
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan
jaringan dalam ruangan tertutup di otot yang sering berhubungan dengan akutansi
cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya
menyebabkan kerusakan pada otot .
b.
Sindrom emboli lemak ( fatembolism syindrom )
Merupakan keadaan pulmonari
akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal hal ini terjadi ketika
gelembung-gelembung lemak terlepad dari sum-sum tulang dan mengelilingi
jaringan yang rusak. Gelembung lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat
menyebabkan kolusi dalam pembuluh darah pulmonari yang menyebabkan sukar
bernapas. Gejala :
Perubahan status mental, dyspnea, tachypnea, demam
dan ruam kulit.
c.
Nekrosis afeskuler ( nekrosis aseptik )
Fraktur mengganggu aliran darah kesalah satu figmen
tersebut kemudian mati .
d.
Trombo embolik complication
Terjadi pada individu yang
mobilisasi dalam waktu yang lama
e.
Infeksi
Paling sering menyertai fraktur terbuka dan dapat
di sebabkan melalui logam biday.
f.
Dilayed union non union
Sambungan tulang yang terlmbat dan patah tulang tidk
nyambung kembali
g.
Malunion
Keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dlam
posisi yang tidak seharusnya / sudut miring.
(Puspitasari,
2014)
2.6
pemeriksaan penunjang
Menurut
( arif muttaqin 2008)Pemeriksaan diagnostik fraktur femur adalah sebagai
berikut.
a.
Pemeriksaan laboratorium
1.
Hb dan hct sedikit disebabkan perdarahan
2.
LED meningkatkan bila kerusakan jaringan lemak
sangat luas
3.
Peningkatan leukosit adalah respon stres normal
setelah trauma
4.
Posfatase alkali meningkatkan pada kerusakan tulang
dan menunjukkan kegiatan ostioblastik dalam membentuk tulang
b.
Pemeriksaan penunjang
1.
Sinar x untuk melihat gambaran fraktur deformitas
2.
Ct scan , memperlihatkan fraktur atau mendeteksi
struktur fraktur
3.
Fenogram menggambarkan arus faskularisasi
4.
Radiograf untuk menentukan integritas tulang
5.
Antroskopi untuk mendeteksi keterlibatan sendi
6.
Angiografi bila dikaitkan dengan cidra pembuluh
darah
7.
Konduksi syaraf dan elektromigam untuk mendeteksi
cidra syaraf. (Puspitasari,
2014)
2.7
Penatalaksanaan
Menurut( arif muttaqin 2008
) Penatalaksannan fraktur femur antara
lain :
a.
Penatalaksanaan non farmakologis
1.
Pembebanan waktu di atas dan di bawah sisi cenderung
sebelum memindahkan pasien. Pembebatan / pembidaian mencegah luka dan nyeri
yang lebih jauh dan mengurangi adanya komplikasi.
2.
Memberikan kompres dingin untuk menekan perdarahan ,
udema , dan nyeri .
3.
Meninggikan tungkai untuk menurunkan udema dan nyeri
4.
Kontrol perdarahan dan memberikan penggantian cairan
untuk mencegah syok bila perlu
5.
Pemasangan traksi untuk fraktur tulang panjang
a)
Traksi kulit : kekuatan diberikan pada kulit dengan
busa karet , plaster dn lain-lain
b)
Traksi skelet : kekuatan yang diberikan pada tulang
skelet secara langsung dengan menggunakan kawat ban
6.
Fiksasi asternal untuk menstabilkan fraktur kompleks
dan terbuka.
b.
Penatalaksanaan farmakologis
1)
Anastetik lokal, analgesik narkotik, relaksan otot
atau diberikan untuk membantu pasien selama prosedur tertutup
2)
Imobilisasi dilakukan dengan jangka waktu yang
berbeda-beda . fisioterapi untuk mempertahankan otot yang luka yang tidak di
pakai dapat mengecil secara cepat. Setelah frsaktur cukup sembuh, mobilisasi
sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betul-betul telah kembali normal. Fungsi
penyangga badan ( weight bearina )
diperbolehkan setelah berbentuk cukup callus. (Puspitasari,
2014)
2.8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut (arif muttaqin 2012)
asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur meliputi:
2.8.1. Pengkajian
a.
Riwayat keperawatan
1)
Perawat perlu menentukan data identitas, riwayat
terjadinya trauma (bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis)
dimana terjadinya trauma, jenis trauma, berat ringannya trauma
2)
Obat-obatan yang sering digunakan
3)
Kebiasaan yang sering dilakukan
4)
Nutrisi
5)
Hobi dan pekerjaan
b.
Pemeriksaan fisik
1)
Kaji seluruh tubuh yang besar, kepala, dada, abdomen
2)
Inspeksi perubahan bentuk tulang, lokasi fraktur dan
gerakan pasien
3)
Integrasi kulit (akselarasi kuli, perubahan warna,
perdarahan, pembengkakan lokal)
4)
Nyeri (berat dan tiba-tiba cidera/kram otot)
5)
Neuro sensasi
a)
Hilangnya gerakan atau sensasi, spasme otot
b)
Kesemutan
c)
Deformitas tulang
d)
Krepitasi
e)
Terlihat kelemahan atau hilangnya fungsi(Puspitasari,
2014)
2.8.2. Diagnosa
keperawatan
a.
Nyeri yang berhubungan dengan kompresi saraf,
kerusakan neuronmusculuskeletal, pergerakan fragmen tulang
b.
Hambatan mobilitas fisik
c.
Resiko tinggi trauma berhubungan dengan pemasangan
traksi kulit
d.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka paska
bedah
2.8.3. Intervensi
keperawatan
a.
Nyeri yang berhubungan dengan kompresi saraf.
Kerusakan pergerakan fragmen tulang.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil : secara subjektif, klien melaporkan
nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, skala nyeri 0-1
Intervensi :
1)
Kaji skala nyeri
Rasional : nyeri merupakan respon subjektif yang
dapat dikaji.
2)
Atur mobilisasi pada paha
Rasional : mobilisasi yang adekuat dapat mengurangi
fragmen tulang
3)
Lakukan pemasangan traksi kulit secara sistematis
Rasional : traksi kulit dengan pengaturan dengan
posisi kontraksi dapat menurunkan kompresi saraf
4)
Anjurkan teknik relaksasi pernafasan dalam ketika
nyeri muncul
Rasional : meningkatkan asupan O2 sehingga
menurunkan nyeri skunder
5)
Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : analgesik memblok lintasan nyeri sehingga
nyeri akan berkurang
b.
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
respon nyeri
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam, klien mampu
melaksanakan aktifitas fisik sesuai kemampuannya
Kriteria hasil :
Klien dapat ikut serta dalam progam latihan, tidak
terjadi kontraktur sendi
Intervensi :
1)
Kaji mobilitas yang akan diobserfasi
2)
Bantu klien melakukan latihan room
Rasional : untuk memelihara fleksibilitas sendi
3)
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif
pada ekstermitas yang sakit
Rasional : gerakan aktif memberikan massa tonus dan
kekuatan otot
4)
Kolaborasi dengan ahli fiseterapi untuk latihan fisik
klien
Rasional : peningkatan kemampuan dalam mobilisasi
ekstermitas, dan dapat dicapai dengan latihan fisik
c.
Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan
pemasangan traksi kulit kelemahan fisik.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam
Kriteria hasil :
Klien mau berpartisipasi dalam pencegahan trauma,
traksi dapat dilaksanakan, tidak ada keluhan nyeri selama pemasangan traksi.
Intervensi :
1)
Pertahankan imobilisasi pada daerah paha
Rasional : meminimalkan rangsangan nyeri akibat
gesekan antara fragmen tulang jaringan lunak di sekitarnya
2)
Jika terpasang bebat sokong fraktur dengan bantal
atau gulungan selimut
Rasional : mencegah perubahan posisi dengan tetap mempertahankan
kenyamanan dan keamanan
3)
Pantau traksi
Rasional : kontraksi harus di pertahankan agar
traksi tetap efektif dan imobilitas fraktur juga efektif
4)
Evaluasi tanda gejala perluasan jaringan
Rasional : menilai perkembangan masalah klien
5)
Kolaborasi pemberian obat
Rasional : antibiotik bersifat
bakteriosida/bakteriostatikuntuk membunuh dan menghambat perkembangan kuman.
d.
Resiko tinggi infeksi yang brhubungan dengan luka
pasca bedah, pemasangan traksi tulang dan fiksasi eksterna
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi pada
luka operasi, pada sekitar traksi tulang dan fiksasi eksterna.
Intervensi :
1)
Kaji adanya tanda-tanda terjadinya infeksi
Rasional : perawat harus memantau apabila terjadi
peningkatan nyeri, edema, demam
2)
Lakukan perawatan luka secara steril
Rasional : teknik perawatan luka secara seteril
dapat mengurangi kontaminasi kuman
3)
Pantau atau batasi kunjungan
Rasional : mengurangi resiko kontak infeksi dengan
orang lain
4)
Buat perawatan diri dan keterbatasan aktifitas
sesuai toleransi
Rasional : menunjukan kemampuan secara umum dan
merangsang pengembalian sistem imun
5)
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional : satu atau beberapa agenis diberikan yang
bergantung pada sifat patogen dan infeksi yang terjadi
2.8.4. Implementasi
keperawatan
Menurut (potter danperry 2005) Implementasi
keperawatan merupakan kompenen dari proses keperawatan yang merupakan kategori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan kriteria hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan.
Dalam melakukan tindakan
keperawatan selama dua hari yaitu pada tanggal 07-08 april 2014 penulisan tidak
mengalamihambatan penulisan melakukan implementasi berdasarkan intervensi yang
telah dibuat. Pada prioritas diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik (fraktur femur 1/3 proksimal destra), tindakan yang dilakukan
pada tanggal 07 april 2014 pukul 08,40 WIB adalah mengkaji nyeri klien, dengan
respon subjektif : klien mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa
seperti tertusuk benda tajam dengan skala nyeri 6, nteri terasa di femur 1/3
proksimal destra, nyeri muncul selama 3 menit setiap ada gerakan. Respon
objektif : ekspresi wajah klien meringis kesakitan, hasil rontgen menunjukan
adanya close fraktur transversal pada femur 1/3 proksimaldestra.
2.8.5. Evaluasi
Menurut (potter dan perry 2006)
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk
mengukur respon klien terhadap tindakan tindakan keperawatan dan kemajuan klien
ke arah pencapaian tujuan.(Puspitasari,
2014)
Hasil evaluasi diagnosa nyeri
akut berhubungan agen cedera fisik (fraktur femur 1/3 proksimal destra). Pada
hari senin tanggal 07 april pukul 14.30 WIB dengan metode SOAP. Subjektif :
klien mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa seperti tertusuk
benda tajam dengan skala nyeri 5, nyeri terasa di femur 1/3 proksima destra,
nyeri muncul selama 3 hari setiap ada gerakan. Objektif : ekspresi wajah klien
meringis kesakitan, hasil rontgen menunjukan adanya close fraktur transversal
pada femur 1/3 proksimaldestra. Analisa : masalah keperawatan nyeri akut belum
teratasi. Planning : kaji nyeri klien (PQRST) berikan kompres air dingin,
berikanposisi yang nyaman, serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberiananalgesik
(ketorolac 30mg/8jam). (Puspitasari,
2014)
DAFTAR PUSTAKA
Dr.L.Gunawan.2007.Hipertensi Tekanan Darah Tinggi.Kanisius
(Anggota IKAPI).Yogyakarta.
Dr.
Lili Marliani, H. Tantan S.2007.100
Questions & Answers Hipertensi.PT Alex Media Komputindo. Jakarta
Budi
Sutomo,2009.Menu Sehat Pebakluk
Hipertebsi.Demidia Pustaka. Jakarta Selatan
Edi
junaedi,SP,Msi.,Ir.Sufrida Yulianti, Mira Gustia Rinata S.Si.,M.Si, 2013.Hipertensi Kandas Berkat Herbal.
FMedia.Jakarta Seelatan
Arif
Muttaqin.2012.Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Salemba Medika
Mary
Baradero, SPC,MN, Mary Wilfrid Dayrit,SPC,MAN & Yakobus Siswadi,MSN.2008.Klien Gangguan Kardiovaskular.Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Langganan:
Postingan (Atom)