Senin, 31 Oktober 2016

ASKEP FRAKTUR FEMUR

KATA PENGANTAR


Puji syukur atas kehadiran Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya kepada saya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasullah SAW karena atas limpahan rahmatnya sebagai penyusun dapat menyelesaikan tugas ini guna memenuhi tugas “ Fraktur Femur” mata kuliah Teknologi Informasi Kesehatan Dalam Keperawatan.
            Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam mengerjakan tugas ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberikan konstibusi baik langsung mau pun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
            Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Teknologi Informasi Kesehatan Dalam Keperawatan. Dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran mengenai ” Penyakit FRAKTUR FEMUR”. Menjadi pembelajaran dalam menjadi mahasiswa, perawat dan masyarakat.
            Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaannya makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


                                                                                        Ponorogo, 11 Agustus 2016



penulis

 

 

 

 

                                                                  

 

 

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1. DEFINISI....................................................................................................... 1
2.2. ETIOLOGI....................................................................................................   2
2.3. PATOFISIOLOGI.........................................................................................     3
2.4. MANIFESTASI KLINIS..................................................................................     3
2.5. KOMPLIKASI................................................................................................. 4
2.6. PEMERIKSAAN PENUJANG............................................................................ 5
2.7. PENATALAKSANAAN.................................................................................... 6
2.8. KONSEP ASKEP............................................................................................. 6
2.8.1 PENGKAJIAN.............................................................................................. 7
2.8.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................ 8
2.8.3. INTERVENSI............................................................................................... 8
2.8.4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN................................................................. 11
2.8.5. EVALUASI.................................................................................................. 12



BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi Fraktur
     Menurut (Rendy M.C Dan Margareth 2012) Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar  tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjai tersebut lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan ,fraktur, tidak lengkap melibatkan seluruh ketebalan tulang.(Puspitasari, 2014)
           
Menurut (Smeltzer Dan Bare 2002) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas ulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat di absorbpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ektrim.(Puspitasari, 2014)

Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.(Sjamsuhidajat, 2005)

 Pada keadaan fraktur, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh dimana akan terjadi edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Brunner, 1997).

Menurut (Syaifuddin, 1997).Nyeri pada fraktur bersifat kronis, nyeri kronis tidak dapat diprediksi sehingga membuat pasien frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologi (Purwandari, 2008). Pasiennyerifraktur
yangmengalamistres, makatekanandarahnyaakanmeningkatdandenyutjantungbekerjasemakincepat, sehinggadapatmenurunkansistemimun yang berdampaknegatifbagitubuh. (Fadlani & Harahap, 2009)

2.2 Etiologi
Menurut (Ariff Mutaqin 2008), Penyebab dari fraktur femur adalah sebagai berikut Benturan dan cidera atau trauma (pada kecelakaan)
a)       Kelemahan tulang akibat osteoporosis dalam (Pada orang tua), penderita kanker atau infeksi yang disebut fraktur patologis.
b)      Fraktur stress atau fattigue fraktur akibat peningkatan drastis latihan pada seorang atlit atau pada pemulaan aktivitas fisik baru sehingga kekuataan otot meningkat secara lebih cepat dibandingkan kekuatan tulang.(Fadlani & Harahap, 2009)

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a.       Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1)      Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
2)      cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
3)      Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

b.      Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

1.      Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.
2.      Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
3.      Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

c.        Secara spontan :
disebabkanoleh stress tulang yang terusmenerusmisalnyapadapenyakit polio dan orang yang bertugasdikemiliteran

2.3 Patofisiologi
Menurut (Mutaqin 2012)Penyebab dari terjadinya fraktur antara lain karena adanya trauma dan kelemahan abnormal pada tulang. Pada kondisi trauma, diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan batang femur individu dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan bermotor atau jatuh dari ketinggian. Biasanya klien ini mangalami trauma multiple yang menyertainya. Kondisi degenerasi tulang (osteoporosis) atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur patologis tanpa riwayat trauma, memadai untuk mematahkan tulang femur. Kerusakan jaringan lunak di sekitar fraktur menimbulkan spasme otot sehingga menyebabkan nyeri sangat hebat.(Puspitasari, 2014)

2.4 Manifestasi klinis
            Menurut ( M.CLEVO RENDI DAN MARGARET 2012 ) : Manifestasi klinis dari fraktur femur adalah sebagai berikut
a.       Nyeri, setelah terjadi patah tulang akan mengakibatkan terjadinya spasme otot yang menambah rasa nyeri . nyeri dapat timbul pada saat aktifitas dan hilang pada saat istirahat, atau terdapat nyeri tekan pada daerah fraktur ( tendernes )
b.      Deformitas : perubahan bentuk tulang
c.       Mungkin tanpak jelas posisi tulang dan estermitas yang tidak alami.
d.      Pembengkakan di sekitar fraktur akan menyebabkan proses peradangan.
e.       Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian terdekat
f.       Dapat terjadi gangguan sensasi atau rasa sentuhan seperti kesemutan, yang mengisarafkan kerusakan syaraf.
g.      Krepitasi suara pendek gemertrap akibat pergeseran ujung-ujung patahan tulanng satu sama lain.(Puspitasari, 2014)

2.5 Komplikasi
Menurut ( M.CLEVO RENDI DAN MARGARET 2012 ) : Komplikasi dari fraktur femur antara lain
a.       Sindrom kompartement
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruangan tertutup di otot yang sering berhubungan dengan akutansi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot .
b.      Sindrom emboli lemak ( fatembolism syindrom )
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal hal ini terjadi ketika gelembung-gelembung lemak terlepad dari sum-sum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelembung lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan kolusi dalam pembuluh darah pulmonari yang menyebabkan sukar bernapas. Gejala :
Perubahan status mental, dyspnea, tachypnea, demam dan ruam kulit.
c.       Nekrosis afeskuler ( nekrosis aseptik )
Fraktur mengganggu aliran darah kesalah satu figmen tersebut kemudian mati .
d.      Trombo embolik complication
Terjadi pada individu yang mobilisasi dalam waktu yang lama


e.       Infeksi
Paling sering menyertai fraktur terbuka dan dapat di  sebabkan melalui logam  biday.
f.       Dilayed union non union
Sambungan tulang yang terlmbat dan patah tulang tidk nyambung kembali
g.      Malunion
Keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dlam posisi yang tidak seharusnya / sudut miring.  (Puspitasari, 2014)

2.6 pemeriksaan penunjang
Menurut ( arif muttaqin 2008)Pemeriksaan diagnostik fraktur femur adalah sebagai berikut.
a.       Pemeriksaan laboratorium
1.      Hb dan hct sedikit disebabkan perdarahan
2.      LED meningkatkan bila kerusakan jaringan lemak sangat luas
3.      Peningkatan leukosit adalah respon stres normal setelah trauma
4.      Posfatase alkali meningkatkan pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan ostioblastik dalam membentuk tulang

b.      Pemeriksaan penunjang
1.      Sinar x untuk melihat gambaran fraktur deformitas
2.      Ct scan , memperlihatkan fraktur atau mendeteksi struktur fraktur
3.      Fenogram menggambarkan arus faskularisasi
4.      Radiograf untuk menentukan integritas tulang
5.      Antroskopi untuk mendeteksi keterlibatan sendi
6.      Angiografi bila dikaitkan dengan cidra pembuluh darah
7.      Konduksi syaraf dan elektromigam untuk mendeteksi cidra syaraf. (Puspitasari, 2014)

2.7 Penatalaksanaan
Menurut( arif muttaqin 2008 )  Penatalaksannan fraktur femur antara lain :
a.       Penatalaksanaan non farmakologis
1.      Pembebanan waktu di atas dan di bawah sisi cenderung sebelum memindahkan pasien. Pembebatan / pembidaian mencegah luka dan nyeri yang lebih jauh dan mengurangi adanya komplikasi.
2.      Memberikan kompres dingin untuk menekan perdarahan , udema , dan nyeri .
3.      Meninggikan tungkai untuk menurunkan udema dan nyeri
4.      Kontrol perdarahan dan memberikan penggantian cairan untuk mencegah syok bila perlu
5.      Pemasangan traksi untuk fraktur tulang panjang
a)      Traksi kulit : kekuatan diberikan pada kulit dengan busa karet , plaster dn lain-lain
b)      Traksi skelet : kekuatan yang diberikan pada tulang skelet secara langsung dengan menggunakan kawat ban
6.      Fiksasi asternal untuk menstabilkan fraktur kompleks dan terbuka.

b.      Penatalaksanaan farmakologis
1)      Anastetik lokal, analgesik narkotik, relaksan otot atau diberikan untuk membantu pasien selama prosedur tertutup
2)      Imobilisasi dilakukan dengan jangka waktu yang berbeda-beda . fisioterapi untuk mempertahankan otot yang luka yang tidak di pakai dapat mengecil secara cepat. Setelah frsaktur cukup sembuh, mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betul-betul telah kembali normal. Fungsi penyangga badan  ( weight bearina ) diperbolehkan setelah berbentuk cukup callus. (Puspitasari, 2014)

2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
            Menurut (arif muttaqin 2012) asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur meliputi:
2.8.1.      Pengkajian
a.       Riwayat keperawatan
1)      Perawat perlu menentukan data identitas, riwayat terjadinya trauma (bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis) dimana terjadinya trauma, jenis trauma, berat ringannya trauma
2)      Obat-obatan yang sering digunakan
3)      Kebiasaan yang sering dilakukan
4)      Nutrisi
5)      Hobi dan pekerjaan
b.      Pemeriksaan fisik
1)      Kaji seluruh tubuh yang besar, kepala, dada, abdomen
2)      Inspeksi perubahan bentuk tulang, lokasi fraktur dan gerakan pasien
3)      Integrasi kulit (akselarasi kuli, perubahan warna, perdarahan, pembengkakan lokal)
4)      Nyeri (berat dan tiba-tiba cidera/kram otot)

5)      Neuro sensasi
a)      Hilangnya gerakan atau sensasi, spasme otot
b)      Kesemutan
c)      Deformitas tulang
d)     Krepitasi
e)      Terlihat kelemahan atau hilangnya fungsi(Puspitasari, 2014)

2.8.2.      Diagnosa keperawatan
a.       Nyeri yang berhubungan dengan kompresi saraf, kerusakan neuronmusculuskeletal, pergerakan fragmen tulang
b.      Hambatan mobilitas fisik
c.       Resiko tinggi trauma berhubungan dengan pemasangan traksi kulit
d.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka paska bedah

2.8.3.      Intervensi keperawatan
a.       Nyeri yang berhubungan dengan kompresi saraf. Kerusakan pergerakan fragmen tulang.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil : secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, skala nyeri 0-1
Intervensi :
1)      Kaji skala nyeri
Rasional : nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji.
2)      Atur mobilisasi pada paha
Rasional : mobilisasi yang adekuat dapat mengurangi fragmen tulang
3)      Lakukan pemasangan traksi kulit secara sistematis
Rasional : traksi kulit dengan pengaturan dengan posisi kontraksi dapat menurunkan kompresi saraf
4)      Anjurkan teknik relaksasi pernafasan dalam ketika nyeri muncul
Rasional : meningkatkan asupan O2 sehingga menurunkan nyeri skunder
5)      Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
b.      Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan respon nyeri
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam, klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai kemampuannya
Kriteria hasil :
Klien dapat ikut serta dalam progam latihan, tidak terjadi kontraktur sendi
Intervensi :
1)      Kaji mobilitas yang akan diobserfasi
2)      Bantu klien melakukan latihan room
Rasional : untuk memelihara fleksibilitas sendi
3)      Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang sakit
Rasional : gerakan aktif memberikan massa tonus dan kekuatan otot
4)      Kolaborasi dengan ahli fiseterapi untuk latihan fisik klien
Rasional : peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstermitas, dan dapat dicapai dengan latihan fisik
c.       Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan pemasangan traksi kulit kelemahan fisik.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam
Kriteria hasil :
Klien mau berpartisipasi dalam pencegahan trauma, traksi dapat dilaksanakan, tidak ada keluhan nyeri selama pemasangan traksi.
Intervensi :
1)      Pertahankan imobilisasi pada daerah paha
Rasional : meminimalkan rangsangan nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang jaringan lunak di sekitarnya
2)      Jika terpasang bebat sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut
Rasional : mencegah perubahan posisi dengan tetap mempertahankan kenyamanan dan keamanan
3)      Pantau traksi
Rasional : kontraksi harus di pertahankan agar traksi tetap efektif dan imobilitas fraktur juga efektif
4)      Evaluasi tanda gejala perluasan jaringan
Rasional : menilai perkembangan masalah klien
5)      Kolaborasi pemberian obat
Rasional : antibiotik bersifat bakteriosida/bakteriostatikuntuk membunuh dan menghambat perkembangan kuman.
d.      Resiko tinggi infeksi yang brhubungan dengan luka pasca bedah, pemasangan traksi tulang dan fiksasi eksterna
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi, pada sekitar traksi tulang dan fiksasi eksterna.
Intervensi :
1)      Kaji adanya tanda-tanda terjadinya infeksi
Rasional : perawat harus memantau apabila terjadi peningkatan nyeri, edema, demam
2)      Lakukan perawatan luka secara steril
Rasional : teknik perawatan luka secara seteril dapat mengurangi kontaminasi kuman
3)      Pantau atau batasi kunjungan
Rasional : mengurangi resiko kontak infeksi dengan orang lain
4)      Buat perawatan diri dan keterbatasan aktifitas sesuai toleransi
Rasional : menunjukan kemampuan secara umum dan merangsang pengembalian sistem imun
5)      Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional : satu atau beberapa agenis diberikan yang bergantung pada sifat patogen dan infeksi yang terjadi

2.8.4.      Implementasi keperawatan
Menurut (potter danperry 2005) Implementasi keperawatan merupakan kompenen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Dalam melakukan tindakan keperawatan selama dua hari yaitu pada tanggal 07-08 april 2014 penulisan tidak mengalamihambatan penulisan melakukan implementasi berdasarkan intervensi yang telah dibuat. Pada prioritas diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (fraktur femur 1/3 proksimal destra), tindakan yang dilakukan pada tanggal 07 april 2014 pukul 08,40 WIB adalah mengkaji nyeri klien, dengan respon subjektif : klien mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa seperti tertusuk benda tajam dengan skala nyeri 6, nteri terasa di femur 1/3 proksimal destra, nyeri muncul selama 3 menit setiap ada gerakan. Respon objektif : ekspresi wajah klien meringis kesakitan, hasil rontgen menunjukan adanya close fraktur transversal pada femur 1/3 proksimaldestra.

2.8.5.      Evaluasi
Menurut (potter dan perry 2006) Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur respon klien terhadap tindakan tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan.(Puspitasari, 2014)
Hasil evaluasi diagnosa nyeri akut berhubungan agen cedera fisik (fraktur femur 1/3 proksimal destra). Pada hari senin tanggal 07 april pukul 14.30 WIB dengan metode SOAP. Subjektif : klien mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa seperti tertusuk benda tajam dengan skala nyeri 5, nyeri terasa di femur 1/3 proksima destra, nyeri muncul selama 3 hari setiap ada gerakan. Objektif : ekspresi wajah klien meringis kesakitan, hasil rontgen menunjukan adanya close fraktur transversal pada femur 1/3 proksimaldestra. Analisa : masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi. Planning : kaji nyeri klien (PQRST) berikan kompres air dingin, berikanposisi yang nyaman, serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberiananalgesik (ketorolac 30mg/8jam). (Puspitasari, 2014)








DAFTAR PUSTAKA
Dr.L.Gunawan.2007.Hipertensi Tekanan Darah Tinggi.Kanisius (Anggota IKAPI).Yogyakarta.
Dr. Lili Marliani, H. Tantan S.2007.100 Questions & Answers Hipertensi.PT Alex Media Komputindo. Jakarta
Budi Sutomo,2009.Menu Sehat Pebakluk Hipertebsi.Demidia Pustaka. Jakarta Selatan
Edi junaedi,SP,Msi.,Ir.Sufrida Yulianti, Mira Gustia Rinata S.Si.,M.Si, 2013.Hipertensi Kandas Berkat Herbal. FMedia.Jakarta Seelatan
Arif Muttaqin.2012.Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Salemba Medika
Mary Baradero, SPC,MN, Mary Wilfrid Dayrit,SPC,MAN & Yakobus Siswadi,MSN.2008.Klien Gangguan Kardiovaskular.Penerbit Buku Kedokteran EGC.